bunga sakura

Senin, 07 Desember 2009

MUSIM HUJAN TIBA, WASPADAI BANJIR DAN TANAH LONGSOR

Musim hujan telah tiba. Seperti sudah menjadi pemandangan rutin, musim hujan akan diikuti serangkaian dampak seperti banjir serta tanah longsor. Terkait dengan banjir dan tanah longsor ini, sekaligus dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat menghadapi pengaruh musim tersebut, Lembaga Informasi Nasional telah menerbitkan leaflet tentang "Prakiraan Musim Hujan Tahun 2003/2004 dan Dampaknya bagi Masyarakat". Meski leaflet ini telah diterbitkan sekitar setahun lalu, namun informasi dan pemahaman yang ada di dalamnya, tetap masih relevan untuk disimak semua pihak. Bahan-bahan informasi ini, sebagaimana dimuat sejumlah situs internet, diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika serta Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi.

PERLU dipahami bahwa sifat hujan maupun curah hujan dalam selang waktu yang cukup panjang tidak dapat dikaitkan dengan banjir. Banjir diakibatkan jumlah curah hujan yang besar dalam selang waktu yang pendek (harian). Untuk menghadapi curah musim hujan yang besar, berikut ini upaya-upaya pencegahan dampak musim hujan yang perlu dilakukan masyarakat khususnya bagi daerah-daerah rawan banjir dan tanah longsor.

Bahaya Banjir
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekwensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan adanya pasang naik air laut. Di samping itu, faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, sampai penggundulan hutan), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.

Ciri-ciri suatu daerah tertentu rawan banjir adalah (1) curah hujan tinggi, (2) permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut, (3) terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit, (4) terletak di dekat sungai atau sungai-sungai yang memiliki daerah aliran sungai yang luas, (5) kurangnya tutupan vegetasi di daerah hulu sungai, (6) banyak permukiman yang dibangun pada dataran sepanjang pinggir sungai, dan (7) aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.

Upaya preventif untuk mengurangi dampaknya adalah sbb.;
* Menata daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai dengan fungsi lahan.
* Membangun sistem pemantauan dan peringatan dini pada beberapa bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
* Tidak membangun rumah di dataran banjir.
* Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
* Mengeruk sungai.
* Memasang pompa untuk daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
* Menghindari aktivitas di sekitar sungai yang memiliki lembah sempit jika terlihat di bagian hulu sungai dalam keadaan mendung atau hujan untuk mengurangi risiko bencana banjir bandang.
* Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan.
* Perhatikan atau pantau terus informasi cuaca dan pengamatan ketinggian muka air sungai yang banyak disiarkan lewat media, atau langsung bertanya ke instansi terkait yaitu Badan Meteorologi dan Geofisika dan Pemerintah Daerah setempat.
Lantas apa yang harus dilakukan saat banjir? lakukan hal-hal sbb.;
* Pada saat kejadian banjir kita harus sesegera mungkin mengamankan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.
* Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.
* Mencoba mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat air genangan masih memungkinkan untuk diseberangi.
* Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
* Jika air terus meninggi, hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.
Apa yang harus dilakukan setelah banjir, lakukan hal sbb.;
* Secepatnya membersihkan rumah, biasanya lantai tertutup lumpur dan gunakan antiseptic untuk membunuh kuman penyakit.
* Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir

Tanah Longsor
Tanah longsor sering terjadi di Indonesia, terutama pada musim penghujan. Kejadian bencana pada umumnya terjadi di daerah perbukitan sehingga banyak menimpa masyarakat di daerah kaki bukit serta menghancurkan prasarana transportasi darat seperti jalan, jembatan, dan sebagainya.

Apa yang dimaksud dengan tanah longsor? Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng, dapat berupa tanah atau batuan yang bergerak, secara cepat atau perlahan menuruni lereng atau keluar lereng. Tanah longsor bisa timbul dari daerah berbukit dengan kemiringan lereng lebih dari 20 derajat. Untuk daerah dengan penyusun berupa struktur tanah lempung pada kondisi jenuh air akan mungkin bergerak pada sudut lereng kurang dari 20 derajat.

Tanah longsor juga merupakan dampak dari terdapatnya lapisan tanah yang tebal menumpang di atas lapisan batuan yang lebih keras dan kedap air. Sistem tanah air dan tata guna lahan yang kurang baik di daerah lereng, sehingga banyak air tertahan pada lereng yang menyebabkan lereng jenuh air. Sebagai contoh adanya kolam ikan pada lereng, sawah, ladang terbuka yang hanya ditanami tanaman berakar serabut yang sistem perakarannya tidak dalam. Kurangnya tanaman penutup lereng. Terdapat retakan-retakan berbentuk tapal kuda pada bagian atas tebing. Terdapat banyak mata air/rembesan air pada tebing yang menunjukkan tebing telah jenuh air yang sering disertai longsoran-longsoran skala kecil.

Tanah longsor bisa juga terjadi akibat adanya aliran sungai di bawah lereng yang alirannya mengerosi/menggerus dasar lereng sehingga sudut kelerengannya menjadi lebih terjal. Aktivitas manusia yang menyebabkan lereng semakin terjal seperti pemotongan tebing untuk pembangunan rumah, pembuatan jalan, dan penambangan. Aktivitas manusia yang menyebabkan pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti pembangunan rumah atau sarana fisik lainnya. Apa saja upaya pencegahan untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor? Berikut hal-hal yang mesti dilakukan; * Kenali daerah tempat tinggal kita sehingga jika terdapat ciri-ciri daerah rawan longsor kita dapat menghindar.

* Perbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng.
* Tanami daerah lereng dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam (akar tunggang).
* Tutup retakan-retakan yang timbul di atas tebing dengan materi lempung untuk mencegah air hujan masuk ke dalam tanah.
* Selalu waspada pada saat musim hujan terutama pada saat curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama.
* Waspada terhadap mata air/rembesan dan kejadian longsor skala kecil di sepanjang lereng.
Lantas, apa saja yang harus dilakukan saat kejadian? Kebanyakan penduduk di bawah lereng tidak mempunyai kesempatan untuk menghindar pada saat massa tanah sudah mulai meluncur ke bawah. Evakuasilah penduduk jika tebing telah menunjukkan gejala akan longsor.
Sedangkan hal-hal yang harus dilakukan setelah kejadian adalah sbb.;
* Lakukan evakuasi korban yang tertimbun secara hati-hati, karena penggalian pada timbunan tanah longsor di bawah tebing dapat memicu terjadinya longsoran baru.
* Lakukan evakuasi penduduk yang tinggal di daerah bahaya ke tempat penampungan yang aman.
* Cari sumber-sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan untuk daerah penampungan korban bencana.
* Segera hubungi pihak yang terkait seperti Kepala Desa/Lurah atau Camat sehingga kejadian bencana dapat ditangani dengan segera dan terkoordinasi.

Memasuki musim hujan kini, masyarakat memang perlu tetap meningkatkan kewaspadaannya, terutama di daerah-daerah yang sering dilanda banjir dan tanah longsor. Tingginya kewaspadaan dapat mengurangi bahkan terhindar dari berbagai kerugian ataupun musibah yang terjadi. (net/tin)


sumber: BaliPost.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

  ©Template by Dicas Blogger.